Mari singgah, bersama secangkir teh panas dan biskuit susu, kutemani kau bicara tentang duniaku.Dunia nyata yang berbatas kaca,,
Minggu, 19 Desember 2010
Dialektika Perjalanan 2
Sebuah pengalaman menarik kualami ketika harus menjaga sebuah barak waktu itu, keadaan yang berubah-ubah berdampak pada minimnya tenaga. Akhirnya, sebuah barak berpenghuni 500 orang diamanahi ke tanganku. Bahasa kerennya waktu itu "penanganan psikologis" Belum ada sebuah legalitas profesi yang mengijinkan penanganan karena pendidikanku belum memadai, tap tetap menjadi penanggungjawab keadaan psikologis penyintas, sendirian.Padahal tadinya hanya mengantikan. Ada beberapa tenaga medis waktu itu tapi yang ku tahu hanya seorang dokter, yang mengajakku berbicara, selainnya aku tidak mengetahui profesi mereka.
Singkatnya,
Sehabis istirahat siang, datanglah seorang ibu memeriksakan kondisi bayinya. Menurut sang Ibu, bayi 6.4 bulan itu tidak berhenti menangis, susah tidur,ketika tidur pun tidak nyenyak, tidak mau minum ASI maupun susu formula tambahannya serta sering berkeringat. Tidak BAB selama 2 hari.
Bayi itu akhirnya diperiksa oleh si dokter. Tidak tau apa diagnosanya,tdak terlalu memperhatikan lebih tepatnya, belum ada kecurigaan sama sekali. Aku melihat bayi itu diperiksa, menangis ketika dilepas ibunya, meronta ketika dipegang dokter. Pemeriksaan selesai, sang bayi pun diberikan ke ibunya beserta resep yang harus ditebus.
Selagi menunggu antrian obat, si ibu duduk disebelahku. Bayinya tidak berhenti menangis, berbagai posisi dicoba ibu tersebut menghentikan tangis, mulai dari memindahkan tangan tumpuan kepala bayinya, berdiri, menimang-nimang, mengayun-ayun. Giliran sang Ibu untuk mengambil obat, karena kelihatannya si Ibu kepayahan mendengar penjelasan dari sang farmasis disela tangis sang bayi, aku menawarkan diri untuk memegang si bayi. Tidak beberapa lama di gendonganku (posisi kepalanya di dekat dagu bersandar pada bahu, tangan kanan di pinggang dan tangan kiri di bawah pantat) si bayi berhenti menangis, ketika ku duduk pun ia tidak menangis. Si ibu berkata " Si A (nama disamarkan) suka ama mbaknya".
Ketika dikembalikan kepada ibunya dan tanganku menyentuh lengan sang ibu, badan beliau panas. si bayi kembali menangis. Aku menawarkan diri lagi menenangkan si bayi. Bayi itu kugendong lagi, butuh waktulebih lama untuk membuatnya tenang kali ini, si ibu memberi botol susu dan aku memberikan kepada si bayi sambil duduk dan si ibu duduk disebelahku.
Setelah ngobrol ternyata si ibu demam hampir seminggu, susah tidur, tidak enak makan yang berarti bahwa si ibu telah lebih dulu sakit daripada si anak. Namun si Ibu tidak merasakan apa-apa, ketika kemarin berobat pun itu karena disuruh tetangganya. Si Ibu hanya berdua dengan si bayi di barak sedangkan suami sedang dalam perjalanan ke magelang (berkerja diluar kota, tapi aku tidak bertanya dimana). Perawatan dan tanggungjawab dipikul oleh si Ibu.
Berbagai kemungkinan-kemungkinan muncul dikepalaku tentang keadaan ini. Salah satunya ternyata benar (tidak usah disebutkan apa yang dialami sang ibu).Tapi tidak banyak yang bisa dilakukan, walau jadi penanggungjawab secara profesi aku bukan pihak yang berwenang.
Pusing...
Namun jawaban didapat dari si bayi yang akhirnya tidur di gendonganku. Kepalanya dibenamkan ke leherku. Perbedaan yang dapat dilihat antara sang ibu dan aku adalah frekuensi bernafas dan kuantitas keringat. Si bayi merasakan ketidaktenangan sang ibu dan akhirnya mengcopingnya, bagaimana bisa ?. tidak tahu teoritis pastinya seperti apa, aku pun masih mencari. Kemungkinan dari kebutuhan rasa aman yang menjadi kebutuhan sang bayi (dari psi sos erikson), dimana rasa aman ini didapat dari care giver berupa sentuhan dan kelekatan atau attachment. Rasa aman ini akan membuat bayi tetap tenang walau ada kondisi bahaya, berubah, suara keras maupun hal lain yang berubah disekelilingnya.
"ketika sang ibu menderita panik maka mungkin bagi bayinya untuk menderita pula" ini yang saya ingat dari pembicaraan dosen di kelas.
Ketika figure attachnya tidak tenang maka akan berdampak pada bayi, dimana bayi menjadi tidak tenang pula. Proses coping dari figure lekat, baik dari detak jantung, cepat dan lambatnya nafas, sampai pada aktivitas kehidupan seperti pemberian ASI (karena ibunya tidak makan dengan maksimal maka produksi ASI juga tidak maksimal) dianggap sebagai "media transfer" kepanikan.
Ini hipotesis sementara (masih dicari keterangan lain untuk pembuktiannya). Ini mejelaskan kenapa si bayi tenang dan bisa tidur ketika bersamaku dan tidak dengan ibunya. Akhirnya si ibu, ku minta untuk mengatur nafasnya (nafas perut, agar kontrol akan nafas maksimal),, beberapa gerakan relaksasi sederhana (sempat diajarkan ketika pembekalan di fakultas dan barak bersama dinkes)...Lumayan lama bersama sang Ibu. Sampai si Ibu lebih merasa lebih baik, saya mengantarkan si ibu dan bayi ke tempat mereka. Si bayi tetap tertidur pulas bahkan sampai saya mengunjunginya sore hari ketika akan pulang dari barak pengungsian.
Pengalaman berkesan
belajar langsung di tempat, belajar merangkai-rangkai ilmu yang didapat dalam waktu singkat. Ketika berkesempatan untuk ke barak itu lagi, si ibu sudah tidak ada.Masih banyak hal yang ingin diceritakan (daripada numpuk di journal harian), tapi nantilah.
Senin, 06 Desember 2010
Sekeping Rasa untuk Masa Lalu
###
Ia yang tidak kunjung sadar, betapa seseorang mencintainya dalam diam. Menggangumi tingkah lakunya, kepintaran dan pengertiannya, lalu menangis dalam sujud panjang. Betapa hatinya terkotori. Pada gelap dan sunyinya malam itu, ia mengambil keputusan.
"pikirkan lagi" kata sosok berjilbab di depannya
"sudah, Mbak. Insyaallah" jawabnya
"alasannya apa?"
"cukup Allah dan saya yang tau"
"ayolah, Vy. Berbagi, Insyaallah kita cari bersama jalan keluarnya.'
"hati saya mantap, Mbak"
Sosok itu terdiam. Tak mungkin sepertinya menahan adik yang satu ini. Esoknya lembaga itu gempar, seorang Vy menerima amanah di luar kampus dan tidak lagi ada di lembaga itu
###
"Allah, kemana kuadukan perihal cinta. Ketika hati ini terbagi, masihkah do'aku sampai padamu, sholatku terjawabkah, tilawah sumbangku terdengarkah?". Uraian-uraian hati terbuka lebar di dalam diamnya. Betapa hati menjadi tempat yang terkuat dan yang terlemah.
###
Kesibukan menenggelamkannya. Tidak jarang, ia tiba-tiba teringat namun segera dilupakannya. "Bila jatuh cinta itu harus pada saatnya" batinnya dalam hati, lalu ia mengempalkan erat tangannya kemudian kembali melangkah. Di kampus pun, ia berusaha menghindar begitu rupa. Sulit ternyata, namun ia bisa melakukannya.
sebuah percakapan di kala senja
"Vy, sudah saatnya kamu berfikir untuk menikah" ucap sosok berjilbab di depannya. Sosok yang dulu pernah ia ungkapkan kemantapan hatinya untuk keluar dari lembaga, menjauhi orang itu.
Vy diam.
"sudah ada yang dianggap cocok menjadi pendamping ?"
Vy ingat orang itu.
"belum, Mbak" ucapnya sambil menimang si kecil Ali, buah hati pernikahan si mbak setahun lalu
"nanti mbak minta abinya Ali mencarikan'
Vy mengangguk
###
Vy bukannya tidak mau bicara. Namun hatinya lelah, Allah yang akan menentukan segalanya. Jika jodohnya memang dia, bukankah Allah akan mendekatkannya. Do'a yang ia latunkan setiap saat. Bila ia jodohku maka dekatkan ya Allah, bila tidak jauhkan.
"Pernikahan bukan untuk cinta dunia, namun untuk cita-cita yang lebig besar. Pernikahannya ia hibahkan ke jalan ini. Suaminya, anaknya dan cintanya, semua." teriak Vy dalam hati. Airmata berlinang di pipinya.
###
"Allah" Ujarnya malam itu
Sekali lagi ia diuji, ketahanan hati sampai dimanakah?. Sosok yang ia pikirkan memang yang diberikan oleh abi Ali.
"Vy, aku membaca lakumu, Adikku' ucap sang Umi Ali. " dan aku bangga atas pilihan sikapmu"
"Allah yang memberi cinta, namu kitalah yang mengaturnya. Betapa sifat yang membuat kita jatuh cinta Allahlah yang memiliki sifat mahanya. Maha Mengerti, Maha Bijaksana, dan ialah sebenar-benar pelabuhan cinta"
Vy meneteskan air matanya
"ia meminta Vy menunggu 6 bulan sampai S2nya selesai. Insyaallah setelah itu persiapan pernikahan dimulai, Bagaimana ?"
###
"Mbak, aku tak akan menunggu. Carikan Vy calon lain saja" Ujar Vy. Ini hasil sujud malamnya
Kontan, Umi Ali terkejut "kenapa Vy?"
"Vy, sudah menunggu begitu lama dan 6 bulan hanya akan serasa neraka. Vy hanya mentolerir 2 bulan itu pun karena proses pernikahan dan persiapan"
"Vy..."
"Vy mantap, Mbak. 6 bulan cukup untuk membengkokkan niat lurus itu. 6 bulan akan membuat hati itu kembali berbunga tapi belum saatnya. 6 bulan akan ada komunikasi yang entah diridhoi atau tida. 6 bulan Vy akan bermimpi-mimpi indah, terlena, tapi belum pasti Vy akan tetap hidup 6 bulan lagi dan mampu melakukan mimpi-mimpi itu"
Ucapan Vy tidak jelas karena diselingi segukan air mata namun umi Ali tau ia serius
"Vy..." Umi ingin mengajak Vy bicara lebih lanjut.
"Setidaknya Vy ingin menjaga hati, Mbak. Sampai saat itu tiba."
###
Dan disinilah Vy sekarang. Bersanding dengan sang pujaan. Bukan...bukan dengan dia. Namun denganseseorang yang akan Vy puja dan tercatat sebagai amalan. Dia yang pernah mengisi hati Vy itu datang sebagai undangan. Keputusannya terlambat. Pinangannya datang setelah Vy menerima khitbahan. Hanya berselang sehari saja. Dan itu karena ia tidak mendapatkan tiket sehari sebelumnya serta orang yang dititipkan untuk meminang kecelakaan ketika berangkat bekerja.Bukankah Allah yang menjauhkan?.
Vy tersenyum, lelaki disampingnya menoleh. Kemudian ikut tersenyum. Tangannya menyentuh tangan Vy..Ragu. Dengan muka merah, Vy yang mengenggam tangannya terlebih dahulu. Selamat datang pujaanku, selamat pulang suamiku. Seseoran ini akan menemani sujud malamnya, do'anya dalam nyata bukan kata.
#gambaran cinta bagiku. begitu dahsyat namun sederhana
Minggu, 05 Desember 2010
Dan Ini Rasaku
Seperti mengemban kesalahan orang lain dalam kehidupan
aku berteriak lirihku pada Pemilik Alam
selamatkan aku dari kehampaan
Ia menjawab, dalam luruh tangis keputusasaan
berupa rengkuhan hangat alam dan kekuatan tangan
meghapus kedukaan.
*bahkan ketika ku memberikan seluruh kehidupanku padamu, bisakah kau menjaganya melebihiNya. dalam hatiku bertanya.
Rabu, 01 Desember 2010
Sang Petualang
Lelaki yang ku nikahi 3 tahun lalu baru saja pulang, tak ada senyuman melihat padaku pun tidak. Ia membuka pintu, masuk ke rumah, melepas sepatu, meletakkan barang bawaannya lalu berjalan ke kamar mandi. Tak lama terdengar suara shower. Ia mandi dan aku terus membatin di dalam hati.
###
Pernikahan kami terjadi karena orangtua. Bukan.., bukan seperti kisah-kisah sinetron, pernikahan bisnis demi harta atau hutang keluarga. Kami bertetangga, diumur yang cukup tapi masih belum menikah. Maka orangtualah yang turun tangan dan kami, yang begitu berbeda, saat itu berkata “iya”.
Mungkin karena desakan, bingung atau entah apa. Aku menerima sang petualang itu dalam hidupku. Berusaha mencintainya?, bukan perkara gampang. Kepulangannnya ke rumah hanya beberapa kali saja dan berapa lamanya, bisa dihitung dengan sebelah tangan. Seigatku 6 hari itu yang paling lama. Kabar yang kuterima hanya,
“aku sedang di gunung”
dan ketika kubertanya “gunung apa ?”, maka dering pertanda pesan darinya tak pernah terdengar . Akhirnya aku pun jarang membalas,
“aku sedang di telaga”
“lagi di danau”
“masuk hutan”
hanya semacam laporan dan tak perlu check lebih mendalam.
###
Ia selesai mandi, memakai pakaiannya dikamar lalu berjalan ke meja makan. Ia makan apa yang ada di bawah tudung saji. Tidak ada yang istimewa karena aku tak pernah tahu kapan ia pulang. Sang petualang makan hanya dengan telor dadar, sore itu. Aku duduk disebelahnya sambil sesekali menuangkan air ke gelasnya yang kosong.
###
6 bulan setelah pernikahan, ia mengalami kecelakaan. Beberapa retak ada di tulang kering dan paha kaki sebelah kirinya serta kaki sebelah kanannya patah, hingga sebuah operasi pemasangan penyangga di kakinya harus dilakukan. Perlu sekitar 1 tahun ia untuk pulih dan selama pemulihan , ia memilih di rumah orangtuanya. Takut menganggu kuliah S2-ku katanya dan entah mengapa aku bersyukur atas pilihannya.
Setelah pulih ia kembali ke organisasi lingkungan liar International itu, kembali ke pekerjaannya sekaligus hobinya. Tanpa bicara padaku tentu saja. Dan saat itulah aku merasa rindu.
“kutitipkan rinduku padamu, wahai angin. Dan sampaikan padanya yang berada diujung samudra betapa hati ini nelangsa”
sebuah pesan kukirimkan pada nomor yang mulai ku hafal di luar kepala. Dan tidak ada jawaban.
###
Ia makan dengan tenang. Tiada keluhan terucap dari bibirnya. Seandainya aku tahu ia pulang hari ini, tentu aku akan membuat sesuatu yang lebih istimewa. Makanan kesukaannya mungkin, ikan bakar manis. Hal sekecil ini pun ku ketahui dari mertuaku. Suami petualangku tidak pernah meributkan apapun, ia diam, aku pun diam.
###
6 bulan lalu
Aku wisuda profesi. Tidak ada tanda-tanda kedatangannya. Setelah ibu-bapak mertuaku pulang, ibuku tak bida hadir karena adikku yang menempuh ujian akhir SMA minta ditemani, aku sendirian dan perasaan rindu padanya semakin kuat, tiba-tiba ingin bercerita banyak hal padanya walau ku tahu akan dijawab dengan diam. Esok aku pulang ke rumah, merayakan kelulusan bersama keluarga yang diadakan ibu dan mertua. Aku bersiap-siap dan kemudian tidur.
Menjelang siang aku sampai di kampung halaman. Setelah mencium dan memeluk ibu, aku masuk ke kamarku. Sebuah bunga dan tas yang begitu aku kenal. Seseorang melangkah masuk, suamiku sudah ada disitu tersenyum. “selamat” katanya.
Malam itu adalah malam ketika kami bicara banyak hal. Terutama berbagi cerita dan nostalgia masa kecil, saat kami bermusuhan ala kadarnya khas anak kecil. Serta sebuah pengakuan cinta olehku untuknya. Yang membuat semua percakapa itu berakhir, ia serta merta membelakangiku dan aku menyesal atas ucapanku. Esok paginya, ia pergi, pamit pada semua orang, tapi tidak padaku.
###
Ia selesai makan. Aku membawa piring kotornya ke dapur lalu membuatkan kopi pahit kesukaannya. Aku mendengar langkah kaki dan pintu dibuka lalu ditutup kembali. Adzan, ia ke masjid dekat rumah. Aku meletakkan kopi pahit panas itu di ruang keluarga, di kursi dimana ia selalu duduk bila di rumah, menonton TV, membaca buku maupun menulis jurnal perjalanannya di laptop. Selesai sholat dan keluar kamar, ia telah ada disana tidak melakukan apa-apa. Kopinya sudah tinggal separuh. Aku duduk di sofa panjang, disamping sofa tempat ia biasa duduk. Diam, sepi dan aku benci ini. Peristiwa 6 bulan lalu kembali mendesak diingatanku.
Ia tiba-tiba pindah ke sebelahku
“aku ke telaga” ucapnya
Aku diam
“telaga yang sama dengan telaga di awal pernikahan kita”
Aku masih diam
“aku juga ke pantai yang ku beritahu padamu sesaat setelah kecelakaanku”
Aku ingat itu. Ia tidak bisa lagi naik gunung, hingga berpindah divisi setelah pulih.
“terakhir sebelum pulang aku ke hutan yang sama, tempat ku berada saaat mendengar kelulusanmu”
Kemudian kembali diam.
“apa yang kau temukan di telaga ?” tanyaku
“dalam ketenangannya kutemukan kedalaman hati” ujarnya
“apa yang kau dapatkan dari deburan ombak pantai ?”
“bahwa suatu saaat semua akan kembali ke labuhan”
“lalu ketika berada di hutan ?”
“ku temukan bahwa dalam kesendirian pun tiada yang lepas dari perhatian Sang Pencipta dan kutemukan kau menghiasi setiap langkah. Hingga ku tahu dimana hatiku berlabuh dalam cintaNYa, tahu bagian mana di muka bumi, yang paling kuanggap sebagai rumah”
Aku diam. Ini pernyataan cinta sang petualang. Hal yang menyesakkan dada itu hilang, aku memandangnya lama. Aku menyerah kalah padanya. Pada cinta yang kutakutkan hanya ada padaku saja, prasangka atas diam dan lakunya. Aku tidak menyadarinya ternyata. Kalah atas cintaku yang terlambat ada dan mataku yang tidak melihat bahwa aku diperlakukan lebih istimewa. Walau sekedar pemberitahuan dimana ia berada,tapi diriku selalu ada dihatinya. Bukankah ibu mertua selalu takjub ketika ku tahu dimana ia berada, padahal sebelumnya ibu mertua tak pernah mendapat kabar darinya. Mataku berkaca-kaca
“aku mencintaimu sejak lama, namun ku tak tahu cara menyatakannya. Kepergian terakhirku untuk mensyukuri betapa akhirnya aku dicinta oleh bidadari dunia”
Kami berpandangan lama.
#tantangan atas sebuah cerita cinta yang diluar dari biasanya.
Dialektika dalam Perjalanan
Opps.. ditengah malam ini (bohong ini mah udah jam 3, pagi buta), saya kembali merenungi perkataan saya barusan. Penyintas kembali ke kehidupan normal ?, 'mungkin' perlu ditambahkan didepannya, bukankah kepastian adalah milik Sang Pencipta ?.
Sebuah ketakutan besar ada di hati saya.
berapa anak yang menyatakan lebih baik di pengungsian saja
berapa anak yang menyatakan pada orangtuanya kalau ingin berada bersama kakak yang ada di pengungsian saja.
bearapa anak yang dimarahi orangtuanya karena menangis dibelikan mainan atau makanan
berapa ibu yang terluka hatinya karena mendengar tangisan anaknya, galau dihati atas kehidupan, yang mungkin harus dikelola lagi dari awal, memenuhi keinginan anaknya,dan bertahan dari segala emosi yang datang berdesakan...
berapa Bapak yang nanar menatap keheningan malam, memikirkan bagaimana bertahan hidup ketika pagi menjelang dan alasan apa yang harus diberikan pada anaknya ketika tidak mendapat jajanan lagi dan kenapa mereka tidak di pengungsian saja.
pikirku galau,,,
Ini pertama kalinya menjadi relawan untuk kondisi merapi. Ribuan pengungsi, berbagai ratapan, keluhan dan kondisi itu. Rabb, betapa hamba harus belajar bersyukur dengan diri hamba. Betapa banyak yang harus dipelajari dalam perjalanan itu. perjalanan yang akan berakhir di liang lahat.
apa kabar adik-adik itu
yang terbiasa waktu itu bermain dengan suka di pengungsian
banyak teman
banyak kakak-kakak relawan
banyak jajanan
tersedia mainan
hidup mungkin terasa lebih banyak warna walau hanya barak maupun tenda
"terbiasa"
lalu menjadi kata yang mencekam buat saya.
terbiasa dengan itu semua, yang mungkin tidak didapat di kehidupan mereka sebelum erupsi merapi, lalu kembali ke kehidupan yang akan mereka perjuangkan untuk kembali seperti semula.
anak-anak itu.
ah...
sebuah helaan panjang. apakah ku berbuat kesalahan ? benarkah yang telah kulakukan?. Betapa ingin mempersiapkan mereka untuk kembali ke rumah setelah pengungsian panjang. Bukan sebuah permainan atau buah tangan. Namun sebuah kesiapan menerjang kehidupan baru, tertawa bersama orangtua dan menjadi penyeka air mata mereka. Otakku meronta dengan berbagai pikiran yang tidak semuanya mampu kulakukan.
Keberadaan kita si "makhluk asing baik hati di pengungsian" adakah mencederai mental mereka. Kebersahajaan kehidupan tergantikan minuman dan jajanan reward yang dibagikan tanpa penjelasan. Setiap orang yang datang lalu mengajak bermain tanpa penghayatan, tiadanya larangan, atau larangan tanpa tindakan. "kenapa tidak ada lagi jajanan itu ?", "kenapa orang-orang itu punya waktu untk bermain bersamaku sedangkan orangtuaku tidak?". pertanyaan-oertanyaan yang mungkin kini tebersit di pikiran anak-anak itu. Bayangan itu bukankah membuat barak pengungsian menjadi tempat yang menyenangkan daripada rumah. Bukankah ini salah ? bukankah seharusnya program-program yang ada membuat mereka mampu kembali ke kehidupan normal mereka. Berjuang dan bertahan dalam perjuangan walaupun kenyataan berkata mereka harus mengulang semua yang pernah mereka dapatkan.
Semua orang sedang berbuat semampu mereka, saya pun yakin itu. Ini hanya kegalauan saya yang bodoh saja. Menganggap tahu dunia tapi sebenarnya tidak mengenal bahkan sebuah kerikil pun.
Hanya saja hati ini galau.
benciku
Aku tidak tahu harus berbuat apa,
Kenyataan membawaku pada kenangan
Sibuk menatap dalam kesunyian
Ku telah membuang kenangan
Hanya masa lalu yang kubungkus dalam hiasan
Jangan kau berkata bahwa ku tak akan mendapat pelajaran
Ku tahu dari situ bahwa ku harus bertahan
Bukan terpukau lalu terlenakan
Teriakan
Pemecah benak
Hati galau
Itu pun terbuai dalam harapan, engkau berkata
Ku hanya berkata
Kau tak begitu mengenalku saudara
Mungkin kau hanya tahu topeng ketika ku berlaga
Beretorika
Mempropaganda
Atau hanya
Ketika ku memasang wajah lembut pada dunia
Dan tahulah kau bahwa topengku berjuta rupa.
Untuk pertama kali
Namun ku berdo’a untuk yang terakhir kali
Karena setelah ini
Kau kucampakkan dari lembaran kisah
Bahkan tidak kuijinkan kau menginjak tanah merah
Bersenandung lagu pemakaman
Teriring nisan bernamaku disana.
*diantara keyakinan dan penghujung waktu.Allah sembuhkan hatiku..
Kamis, 28 Oktober 2010
Sebuah pendekatan disclosure : Anak rantau Minangkabau Mengenali diri dan budaya dari tanah rantau III
Sebenarnya kematangan emosi yang dicapai oleh remaja Minangkabau ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Peer group yang kuat, kepercayaan dari orangtua dan kemapanan pribadi menjadi kunci dari kebehasilan anak rantau mengaktualisasikan dirinya.
Merantau hanya sebagai proses mempercepat tercapainya kemandirian. Yang mana juga memiliki efek samping berupa mudahnya terjatuh atau gagal dan bila tidak sanggup bangkit maka akan terjerumus lebih dalam pada perilaku menyimpang, karena tetap saja kontrolling terkuat ada pada orangtua.
Kemapanan pribadi diperoleh dari kebiasan orang Minang untuk menyampaikan pendapat kepada siapa saja sehingga ia pun mendapatkan pandangan dari siapapun. Orangtua saat ini telah melepas anaknya mandiri walau masih di daerah asal setelah tamat sekolah dasar. Anak diperbolehkan memilih sekolah sendiri yang dia inginkan, kegiatan ekstrakulikuler setelah didiskusikan dengan orangtua. Kegiatan penyeimbang berupa pendidikan agama tetap dilanjutkan hingga sekolah agama sore itu selesai.
Kepercayaan orangtua memberikan arti penting setelahnya. Melepas merantau berarti meyediakan ruang gerak yang sangat luas pada anak hal ini berbanding lurus dengan besarnya kepercayaan yang diberikan orangtua. Saat merantau anak akan dipandang sebagai seorang individu bukan lagi sebagai seorang ”anak”, dimana individu ini diyakini memiliki kekuatan untuk bertahan. Namun orangtua akan tetap bersedia menerima keluhan atas rasa kasih sayang kepada anak. Kepercayaan ini akan sangat membantu pengambilan keputusan pada remaja dan penyesuaian dirinya. Menurut penelitian pengaruhnya mencapai angka 51,1 persen (Yuniarti,2009)
Perasaan senasib dan sepenangungan yang dirasakan peer group. Bisa didapatkan tanpa perlu merantau. Kemampuan individu yang terasai dibidang sosial, mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan akan membantu membentuk peer group yang solid. Tidak ada perbedaan mendasar antara remaja minangkabau dan remaja lainnya dalam hal kematangan. Perbedaan hanya terletak pada cepat atau lambatnya tercapinya kematangan tersebut dimana merantau mempercepat proses kematangan itu terjadi karena dinamika psikologis selama merantau. Diskusi lebih lanjut akan lebih baik ditekankan kepada gaya spesifik orangtua minangkabau dalam mempersiapkan atau mendidik anak-anak mereka karena dari bahan yang dikumpulkan kemungkinan besar keberhasilan remaja Minangkabau mampu meregulasi emosi dan matang lebih cepat adalah karena individu-individunya. Sehingga pendidikan yang dilakukan di negeri asal atau lebih spesifik pada orangtua mampu mengungkap hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agies.N.A. 2010. Remaja dan Masyarakat. http://agies.ngeblogs.com/2010/03/21/remaja-dan-masyarakat/. Diunduh pada tanggal 1 Mei 2010
Astuty.E.M. 2009. Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Jenis Kelmain dengan Agresivitas pada Komunitas SLANKers. Skripsi. UMS
Diradjo.I. S.2009. Tambo : Alam Minangkabau. Bukittinggi : Kristal Multimedia.
Episentrum. 2009. Remaja. http:// Remaja _ Episentrum, Layanan Psikologi.htm.
Herbert,M. 2001. Clinical Child and Adolescents Psychology. UK : Padstraw
Hughes,L. 2001. Paving Pathway. USA : Wadsworth
Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan.Jakarta :Erlangga
Ilyas. A. 1999. Nan Empat. Palembang : Osaka
Kampiun. 2008. Pengertian Kematangan Emosi. http:// remaja/Pengertian%20kematangan%20emosi%20%C2%AB%20Kampiun%20Psikologi.htm.
Kato.T.2005. Adat Minangkabau dan Merantau. Jakarta : Balai Pustaka
Muarif. 2009. Rahasia Sukses Orang Minang di Perantauan. Yogyakarta: Pinus
Muthoin. 2010.Pendidikan Remaja. http://muthoin22.student.umm.ac.id/2010/02/05/pendidikan-remaja/. Diunduh pada tanggal 1 Mei 2010.
Noviasari. D. 2002.Perbedaan Kematangan Emosional Remaja diinjau dari Status Urutan Kelahiran dalm Keluarga. http:// gdl.php.htm
Santrock. 2002. Life-span Development.Jakarta Erlangga
Sham.F,M.2005. Tekanan Emosi Remaja Islam. Ukmislamya no 271.1.
Yuniarti, Y.N.2009. Hubungan Persepsi Efektifitas Komunikasi Interpersonal Orangtua dan Kematangan Penyesuaian Diri pada Remaja Siswa SMAN 1 Polanharjo.Skripsi.
Sebuah pendekatan disclosure : Anak rantau Minangkabau Mengenali diri dan budaya dari tanah rantau II
Minangkabau merupakan sebuah masyarakat matrilineal terbesar di dunia. Matrilinea berarti bahwa kekerabatan dan garis keturunan berasal dari garis ibu. Pada zaman dahulu merantau merupakan suatu cara bagi anak laki-laki untuk mencari nama. Dari akil baliq laki-laki tidak lagi mendapatkan tempat dirumah. Rumah hanya tempat untuk makan dan berganti pakaian Mereka tinggal dan meghabiskan waktu di surau-surau untuk belajar. Menurut Gamawan Fauzi (2008) dalam Muarif sebelum bangsa Indonesia mengenal pendidikan ala Barat, suku Minang sudah mengembangkan pendidikan agama di surau-surau. Baru setelah Belanda memperkenalkan pendidikan ala Barat, orang-orang Minang dapat menerimanya dan memanfaatkan dengan baik. Pendidikan ala surau masih dipertahankan melalui taman-taman Al-Quran pada sore hari, sehingga adalah sautu keanehan ketika seorang anak tidak menjalani proses belajar di TPA. Pandangan lain meyatakan bahwa ini merupakan cara remaja laki-laki untuk lari dari kekangan adat.
Merantau kemudian dijadikan sarana oleh para remaja laki-laki ini untuk menimba ilmu dan memahami lebih dalam mengenai persoalan kehidupan. Contoh saja Agus Salim, Muhammad Hatta, Muhammad Natsir yang merupakan anak Minangkabau yang merantau dan berhasil membantu tegaknya negara Indonesia. Belum lagi beberapa yang berhasil di Luar Negeri seperti Khaitib Ahmad Al-Minangkabauwy, seorang khatib asing pertama di Masjidil Haram yang juga merupakan guru Haji Agus Salim dan Natsir ketika di mesir. Yusof Ishak yang merupakan presiden pertama Singapura. Niat utama adalah belajar dan mendalami persaolan hidup yang membuat mereka kaya dalam pengetahuan dan pengalaman. Sehingga mereka bisa memecahkan masalah rumit dan akhirnya menjadi orang yang dipandang karena ilmunya.
Dahulu daerah rantau hanya dibatasi dengan daerah disekitar luhak yang tidak masuk kepada luhak secara langsung. Terdiri dari rantau tuo, rantau pasisia dan rantau darek. Pergeseran dan perpindahan yang tinggi masyarakat minangkabau ini mengakibatkan batasan yang tidak jelas mengenai daerah rantau Minangkabau sehingga akhirnya daerah rantau adalah daerah yang berada di luar daerah Sumatera Barat sebagai pusat dari suku Minangkabau.
Pewarisan budaya tentang merantau ini biasanya dilakukan oleh orang tua yang bercerita tentang kesuksesan sanak saudara mereka yang merantau, dari nyanyian masa kecil hingga pelajaran sekolah ”Budaya Alam Minangkabau”. Juga tentang tokoh-tokoh Minangkabau yang sukses di negeri orang di sekolah-sekolah. Hal ini menumbuhkan kepercayaan diri bagi remaja Minangkabau untuk ikut pergi merantau. Para orangtua biasanya menyipakan anak-anaknya dengan dana yang cukup serta bekal kearifan lokal. Suatu hal yang wajar bila seorang anak dirantau dititipkan oleh orantuanya ke seorang induk samang yang akan menjaga anaknya selama dirantau Anak ketika sampai di rantau diminta untuk mencari induk samang kalau orangtua tidak mempunyai kerabat di daerah tujuan. Keberadaan induk samang ini menjadi ajang silaturahim dan kontrol pergaulan. Induk samang biasanya orang yang dekat dengan orangtua atau orang yang dikenalkan oleh anak kepada orangtuanya sebagai keluarga angkatnya di daerah rantau. Dituliskan dalam pantun adat mancari induak jo suku, jauah nan ditunjuakan, dakek nan dikakokkan, mancakam manumpu didalam nagari. Remaja ini akan diberikan wejangan mengenai kehidupan, kejujuran, loyalitas dan pentingnya menjaga diri serta agama di kehidupan.
Pada saat ini merantau tidak hanya dilakukan oleh para remaja laki-laki. Tapi juga perempuan. Hal ini secara adat menganggu dan membuat permasalahan sosial di dalam lingkungan adat. Karena tidak adanya generasi perempuan yang menjadi pemegang adat dan penerus keturunan di tempat. Niatnya pun sudah beralih dari mencari ilmu menjadi mencari kejayaan atau kekayaan saja. Pragmatis. Tidak ada keinginan mendalam untuk menuntut ilmu namun lebih kepada mencari kekayaan. Hal ini akhirnya berdampak juga kepada daerah asal. Bila perantau zaman dahulu akan kembali ke daerah asal setelah mencapai kejayaannya, maka saat ini jarang orang rantau yang kembali ke rumah. Apalagi bila mereka menikah dengan orang luar Minang atau keluarga yang sudah tidak ada di daerah asal. Masalah ini menjadi perbincangan yang hangat bagi pemegang adat Nagari karena makin berkurangnya pemegang adat yang ada di daerah asal hingga ketakutan akan hilangnya nilai luhur adat istiadat menghantui pemuka adat karena aktifitas merantau ini.
Dalam Muarif (2009) nilai-nilai yang terkandung didalam budaya merantau ini adalah kebebasan, pengorbanan, harapan, kebersahajaan, kekeluargaan, kerjasama, dapat dipercaya, ketekunan dan kebebasan, kebijaksanaan,adaptasi, cinta budaya, cinta ilmu, cinta agama, belajar dari pengalaman, profesinal dan jaringan. Yang terangkum dalam kesempatan merantau, ajaran orangtua dan hasil belajar remaja rantau.
Apa kabar remaja?
Suatu kekuatiran yang dialami oleh masyarakat Indonesia adalah tentang generasi mudanya. Banyak berita yang mengabarkan betapa memprihatinkannya generasi muda Indonesia pada saaat ini. Tawuran, sex bebas, Narkoba dan kehidupan hedonisme kerap disandingkan dengan para remaja. Kontrol sosial tidak lagi mempan untuk menahan pesatnya kejadian tersebut. Perilaku ini disinyalir sebagai gagalnya remaja dalam menyesuaikan diri dan proses belajar sehingga muncul tindakan maladptif atau menyimpang.
Remaja berprestasi pun tetap ada namun masyarakat yang mengalami magnification atau membesar-besarkan masalah negatif dan minimization atau meminimalisir hal yang positif membuat segelintir siswa-siswa berprestasi ini ditelan arus media tentang Juvenile Deliquency. Seorang remaja Indonesia menjadi Profesor termuda fisika diluar negeri sana terkalahkan oleh berita artis remaja yang hamil diluar nikah.
Masa remaja menurut Stanley Hall dalam Hurlock (1993) merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress). Pendapat serupa pun diungkapkan oleh Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusiona/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988).
Mereka berusaha mencari jati diri mereka dengan jalannya sendiri. Dan biasanya mereka melakukannya dengan melakukan konformitas terhadap peer group atau kelompok teman sebaya. Beberapa wujud pentingnya peer group pada remaja dinyatakan oleh Kelly & Hansen, dalam Dacey & Kenny (1977)
(a) mengendalikan impuls agresif;
(b) mendapatkan dukungan sosial dan dukungan emosional serta kemandirian;
(c) meningkatkan keterampilan sosial, kemampuan bernalar, dan mengekspresikan perasaan secara matang;
(d) mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan perilaku sesuai peran jenis;
(e) memperkuat nilai-nilai dan keputusan moral;
(f) memperkuat harga diri (self esteem).
Sebuah konsep yang sedikit berbeda tentang remaja dan tugasnya dinyatakan oleh Havirgust (1993), diantaranya remaja di dalam masa mereka hendaknya mampu membuat hubungan baru dan mematangkan hubungan atara sesama jenis ataupun berbeda jenis. Mampu mengerti mengenai peranan sosial dan bagaimana melakukan peran mereka di dalam masyarakat. Memiliki kemandirian emosi, ekonomi dan kemandirian dalam memilih.
Dimana remaja harusnya telah mampu mengembangkan diri mereka sehingga mampu mencapai kematangan dalam bersosial (baik membentuk hubungan maupun menyadari peranan sosial), memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan meregulasi emosi, pengaturan dan mencari uang untuk kebutuhan sendiri serta mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan dirinya dengan tidak merugikan orang lain maupun dirinya sendiri
Banyak perubahan terjadi di masa ini baik secara fisik (perubahan cepat di ciri fisik maskulin maupun feminism serta kematangan seksual), sosial, kognitif dan emosi. Perubahan terjadi sangat cepat dan menuju kematangan. Perubahan yang cepat disegala aspek ini turut membuat remaja bingung akan keberadaannya. Dimana mereka biasa untuk dibimbing di segala aspek oleh orangtua selama masa kanak-kanaknya. Maka saat remaja mereka mulai untuk pertama kalinya melakukan dan mengaturnya sendiri. Pada fenomena remaja minangkabau hal yang paling menarik untuk dikaji adalah kematangan mereka secara emosional dan financial (sebagai salah satu kebutuhan untuk aktualisasi dan tugas perkembangan remaja).
Kematangan emosional merupakan kondisi dalam mencapai tingkat kedewasaan, khususnya bila dipandang dari sudut perkembangan emosional individu. Seseorang yang telah matang emosinya memiliki kekayaan dan keanekaragaman ekspresi emosi, ketepatan emosi dan kontrol emosi. Hal ini berarti respon-respon emosional seseorang disesuaikan dengan situasi stimulus, namun ekspresi tetap memperhatikan kesopanan sosial (Stanford, 1965 dalam anonim 2010). Beberapa indikasi yang bisa dipakai untuk menyatakan seorang remaja telah mencapai kematangan emosi yaitu
(a) Tidak bersikap kekanak-kanakan
(b) Bersikap Rasional
(c) Bersikap Objektif
(d) Dapat menerima Kritikan
(e) Bertanggungjawab terhadap tindakan yang dilakukan
(f) Mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi (Nuryoto,1992)
Kematangan Finansial diukur dengan siap atau tidaknya remaja untuk tidak lagi mendapatkan dana dari orangtua. Paling tidak ada usaha dari remaja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Remaja Minangkabau dalam Perantauan
Remaja Minangkabau yang berada di perantauan menyadari bahwa orang di daerah asal menaruh kepercayaan dan harapan besar pada diri mereka. Hal ini berupa penjagaan nama baik keluarga hingga pada kabar kesuksesan yang akan menjadi prestise tersendiri untuk keluarga di daerah asal. Semua hal ini menjadi tekanan yang tidak mudah bagi seorang remaja yang baru belajar untuk menguasai dirinya sendiri. Selain harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru, ia juga harus jauh dari orangtua dan teman masa kecilnya. Disinilah para remaja Minangkabau belajar mengenai kebebasan, adaptasi serta pengorbanan. Proses terpaksa dimana ia harus hidup jauh atas kemauannya sendiri menunjukkan jalan akan kebersahajaan ia harus mampu mengatur dirinya sendiri, hidup dengan memikirkan harus seimbang antara kebutuhan dunia dan kebutuhan akhirat seperti yang dipesankan oleh orangtua mereka. Dari sini tumbuh jiwa untuk melakukan wirausaha atau bekerja pada remaja Minang. Melanjutkan kehidupan dan membuat rencana perjalanan yang lebih panjang. Seorang anggota Forum komunikasi dimana wawancara pendek dilakukan ternyata telah memiliki toko serba ada sendiri, beberapa bekerjasama membentuk perusahaan konveksi dan ada juga yang memulai bisnis kecil-kecilan berupa jualan pulsa maupun makanan kecil.
Orang Minangkabau atau urang awak ini pergi merantau atas kemauan sendiri atas dasar kekuatan budaya merantau yang mengakar. Merantau ini bisa diartikan sebagai proses percepatan dalam proses kematangan individu. Karena di dalam merantau remaja akan bertemu dengan masyarakat, ruang, tempat dan adat yang sama sekali baru. Mereka mencaba berinteraksi bukan dengan mengamati orangtua mereka berperilaku namun dengan pengunaan trial-error yanag merupakan proses pengabungan nilai-nilai yang mereka pelajari di kampung halaman dan diganbungkan dengan nilai di tempat yang baru, ”dima bumi dipijak, disitu langik dijunjuang” (Dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung). Yang berarti mereka akan belajar cara menemukan diri mereka dengan cara mereka sendiri melalui proses belajar tanpa bantuang langsung dari orangtua. Tidak ada percekcokan mengenai pemberontakan seperti remaja yang lainnya. Karena fungsi orangtua adalah sebagai tempat untuk bercerita dan meminta nasehat. Semuanya dikembalikan pada remaja.
Bukan hal mudah untuk dilakukan oleh remaja yang baru beranjak dari dunia kanak-kanak. Namun hal ini dibuktikan oleh para remaja Minangkabau ini mampu bertahan dengan keadaan tersebut. Penanaman nilai untuk jujur, loyal, taat beragama yang dilakukan sejak dini turut membantu hal ini. Remaja Minangkabau lebih mudah menyatakan perasaan dan pikiran yang mereka rasakan walau terkadang dengan sindiran khas. Proses asertif yang telah diajarkan secara tidak langsung melalui adat ini mampu membantu mereka mengkomunikasikan ketidaktahuan, ketidaksukaan. Loyal terjhadp orang lain dan pertemanan membantu secara sosial sehingga mereka dapat diterima dengan mudah. Sedangkan cinta agama membuat remaja ini terkontrol dalam koridor yang benar.
Bila mereka mengalami kepenatan dalam beraktivitas ataupun keadaan di daerah rantau, kebiasaan hidup berkumpul mereka menjadi obat. Bila di Nagari asal biasanya mereka hidup berkumpul dengan orang sesuku maka di daerah rantau mereka berkumpul dengan orang sedaerah. Forum Komunikasi Mahasiswa Minang (Forkommi) UGM salah satu contohnya. Pengajian bulanan maupun duduk bersama dan berbicara banyak hal menjadi rutinitas di rumah kontrakan ini.
Adanya peer group yang senasib seperjuangan tentu saja membantu proses kematangan sosial dan emosi pada anak remaja minangkabau. Karena menurut Kelly & Hansen, dalam Dacey & Kenny (1977) pentingnya peer group adalah untuk
• mendapatkan dukungan sosial dan dukungan emosional serta kemandirian;
• meningkatkan keterampilan sosial, kemampuan bernalar, dan mengekspresikan perasaan secara matang;
• memperkuat nilai-nilai dan keputusan moral;
• memperkuat harga diri (self esteem)
sehingga bila control dari orangtua dan induk samang tidak berjalan dengan baik maka peer group ini akan menjadi kontrol dari perilaku remaja Minangkabau. Sehingga kematangan remaja bisa dicapai walau jauh dari orangtua. Significant person diganti oleh peer group.
Kegagalan untuk mencapai kematangan sosial pada anak remaja Minangkabau dan penyimpangan perilaku biasanya disebabkan oleh pribadinya sendiri. Beberapa kasus yang dialami oleh anak-anak forum komunikasi adalah kerentanan terhadap stress, beberapa merasa tidak mampu untuk bersaing secara akademis (kultur berprestasi di akademis dan organisasi sangat kuat di forum ini) sehingga menutup diri dan mengambil jalan untuk tidak ikut kegiatan forum lagi lalu terdengar kabar terlibat narkoba atau pergaulan bebas. Biasannya forum komunikasi ini akan mengaet kembali ”anggota nakal” ini, berusaha menyadarkannya, apabila tidak berhasil maka pengurus menghubungi orangtua sang anggota untuk meminta saran apa yang harus dilakukan. Forum ini juga membantu bila ada anggota yang mengalami musibah dan kemalangan.
Forum-forum seperti ini juga yang mengagas bantuan untuk Sumatera Barat ketika bencana terjadi 29 September 2009 yang lalu. Kemapanan pribadi dan solidnya peer group membantu remaja untuk bisa mengaktualisasikan dirinya hingga kematangan dalam hal ini emosi dapat dicapai walau berada jauh dari keluarga.
Sebuah pendekatan disclosure : Anak rantau Minangkabau Mengenali diri dan budaya dari tanah rantau I
Gunuang sansai bakuliliang
Den takan ajo kawan-kawan lamo
Sangkek basualiang-suliang
(kampungku jauh di mata
Dikelilingi gunung
Ku teringat dengan teman lama
Saat masih bermian suling,
”kampuang den jauah di mato”)
Lagu ini merupakan lagu anak-anak yang pernah dinyanyikan oleh Chikita Meidy seorang artis cilik yang asal Bukittinggi pada tahun 90-an akhir. Lagu ini merupakan lagu daerah yang diajarkan kepada anak-anak sekolah dasar yang bercerita tentang orang yang merantau. Masih banyak lagi lagu-lagu daerah yang bercerita tentang merantau.
Bicara tentang merantau, sebuah Film berjudul ”Merantau” dirilis di Indonesia tahun 2009 kemarin. Film ini menarik perhatian masyarakat, alur ceritanya yang khas dan dibalut dengan kearifan lokal yaitu “silek harimau”. Merantau merupakan film laga yang bercerita tentang anak dari daerah yang merantau untuk mencari kejayaan. Di ibukota ternyata dia harus bertahan hidup bahkan harus terlibat dengan sebuah geng mafia. Dengan keberaniannya ia berusaha mencari jalan keluar dan membela kebenaran yang selama ini diajarkan oleh orangtuanya. Pelaku utama mempunyai keahlian dalam silek harimau yaitu sebuah aliran silek atau silat tua yang berasal dari daerahnya.
Selain menarik perhatian dari dalam negeri, film ini juga diperhitungkan di luar negeri. Sebuah penghargaan dari Amerika Serikat sebagai Film Asing Laga terbaik diberikan untuk film ini, yang berarti film ini diakui oleh International serta disejajarkan dengan film Jet Lee dan Jackie Chan yang telah memboyong penghargaan ini di tahun-tehun sebelumnya. Ada sebuah hal menarik yang kemudian dapat dikaji dari film ini. Kebudayaan merantau yang ada di Minang kabau, membiaskan sebuah kajian psikologis menarik tentang kemandirian pada remaja.
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak. Transisi masa anak ke dewasa. Pada masa ini biasanya remaja mengalami kebingungan dalam melakukan sesuatu. Bimbang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Mengalami masalah dengan orangtua atau orang dewasa. Dimana mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, namun tidak mempunyai kemampuan untuk mengelola emosi, kematangan secara materi dan motivasi yang meluap-luap. Sehingga terkadang remaja dianggap sebagai sebuah masa destruktif dan suka memberontak.
Untuk itu dibutuhkan sebuah bimbingan dari orangtua atau significant person. bila terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi bila tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Masa ini biasanya menjadi masa yang diwaspadai oleh orangtua. Pemberontakan dan perilaku coba-coba yang melekat pada remaja, membuat pengawasan diperketat ketika anak mereka memasuki masa ini. Sejatinya pada masa ini remaja masih memerlukan bantuan dari orangtua maupun significant person dalam hidupnya untuk berkembang dan menemukan jati diri mereka
Namun hal ini bertentangan dengan remaja di daerah Minangkabau. Pada masa ini kebanyakan dari para remaja dilepas oleh orangtua untuk pergi merantau. Merantau diartikan sebagai bepergian ke luar daerah tempat asal untuk mencari kekayaan, kemuliaan dan ilmu (Kato,2002). Ada juga yang menyatakan bahwa merantau pada awalnya merupakan proses menimba ilmu dan menambah pengetahuan tentang masalah persoalan hidup dan memahaminyam, kekayaan dan kejayaan hanyalah hadiah dari itu semua (Muarif, 2009). Orang tua Minangkabau merelakan kepergian anak mereka ke rantau agar menjadi ”orang”, dengan artian menjadi sukses dan dapat berguna dikampung halaman. Sesuai falsafah minang karatau madang dahulu, babuah babungo balun, karantau bujang dahulu, di kampuang baguno balun”(karatau madang dahulu, berbuah belum berbunga, kerantaulah pemuda dahulu, dikampung belum berguna).
Remaja yang merantau ini dilepas ke kota lain oleh orangtua. Mereka biasanya bekerja dan tidak sedikit yang melanjutkan ke perguruan tinggi di kota-kota besar. Kegiatan utama dari para perantau adalah berdagang, hal ini disebabkan karena jiwa bisnis orang minang kabau yang tinggi. Hal ini tentu saja berdampak pada remaja yang merantau dimana mereka harus berusaha dengan segala kemampuan yang mereka punya untuk bertahan di negeri orang lain. Bagi yang berasal dari golongan mampu, biasanya lebih mudah menjalani keseharian karena ada dana yang cukup dari orangtua untuk menjalani hidup. Namun bagi yang berasal dari keluarga yang biasa bahkan tidak mampu biasanya harus berusaha lebih keras untuk bertahan dan bekerja sambil kuliah dijadikan suatu pilihan.
Karena merantau berguan untuk mencari kejayaan dan pengakuan di daerah asal, jarang anak rantau yang melakukan satu aktifitas saja. Organisasi dan bekerja merupakan sautu hal yang biasa oleh mereka. Ketika organisasi dipilih biasanya remaja-remaja ini merupakan sosok loyal di organisasinya, ketika bekerja mereka merupakan sosok ulet yang pandai mencari kesempatan. Para remaja ini mempunyai ciri khas tersendiri. Kebanggaan akan jati diri membuat mereka mudah dikenali. Kepiawaian mengolah kata atau “basilek lidah”, kemampuan lobi dan bisnis yang baik dan kecenderungan untuk hidup berkumpul dengan orang sedaerah. Maka tidak jarang remaja yang awalnya berniat untuk kuliah di rantau mengalami kemunduran akademis. Namun jauh dari orangtua juga mengakibatkan hal lain berupa tidak terkontrolnya tingkah laku bagi remaja yang gagal beradaptasi dan mengaktualisasikan dirinya sehingga beberapa anak rantau ini yang akhirnya terjerumus ke pergaulan bebas, rokok bahkan narkoba. Jauhnya figur kontrol dan komunikasi yang tidak intens karena jauhnya jarak membuat resiko bagi remaja yang rentan atau tidak kuat terjerumus dalam di daerah rantaunya.
Kamis, 21 Oktober 2010
Keajaiban
Betapa ajaibnya kehidupan. Zat setipis udara pun mampu membuat nelangsa bila tak menghirupnya. Kesalahan pada hal seperi kromosom saja bisa membuatmu menderita kelainan mental. Kesalahan membaca gelombang otak saja, mampu membuatmu bebal dan tak mampu berfikir jernih. Kerusakan sel bahkan mampu membuatmu kehilangan beberapa keahlian. Luar Biasa, hal kecil mampu menghilangkan kemampuan melakukan hal yang besar. Lalu kenapa tidak bersyukur mampu berdiri tegap malam ini dan bersujud padanya dalam lelapnya malam ini. Mengapa dingin shubuh menjadi penghambat obrolan penyegar hati itu. Karena kehidupan ini penuh hal yang harusnya disyukuri ternyata.
Pernah ku berifkir kenapa dera penyakit tak kunjung berhenti menimpaku, ternyata Allah tengah mengajarkanku untuk tetap bersyukur...
Betapa indahnya suatu kematian. Kesakitan hanya menjadi awal suatu keabadian.. Kemudian manusia yang akan memilih apakah ia ingin mati dalam keadaan tersenyum atau dalam keadaan yang ..... (tidak sanggupku mengambarkan). fase sebelumnya menjadi suatu penentu. Ironisnya yang mencari kesenangan ketika hidup mendapatkan kesengsaraan. Sedangkan yang dianggap menderita semasa hidup karena perilakunya mendapatkan kabar gembira... Silahkan pilih yang mana.
Uraikan hidupmu betapa harusnya kebahagian meliputi setiap hari, karena hidupmu itu sendiri dimulai dengan keajaiaban, dan ketika kamu bersyukur dalam kehidupan maka akan berakhir dengan sebuah keindahan...
Rabu, 20 Oktober 2010
Pengakuan Hati
Aku patah hati ya Allah dan ini kuadukan padaMu.
Tentang hati yang kurasa hancur berkeping-keping, karena mengenalnya, akrab lalu menyukainya
Salah..!!. Benar Allah, aku mengaku salah. Ketika setiap orang berusaha membersihkan hatinya, aku malah berkhalwat dalam hatiku. Hitam... terasa. Apa sholatku masih sampai padaMu, tilawahku menyatu dalam ridhoMu. Aku patah hati ya Allah, makin ku mengerti bahwa pengharapan itu hanya padaMu, harapan yang digantungkan pada manusia hanya membawa bencana. Dan itu yang kurasakan sekarang.
Aku sudah semua ini. TIdak sms,membalas sms, tidak mendengarkan kabar darinya, hingga hatiku benar-benar bersih dari rasa ini.
Ampuni aku Allah, jauhkan rasa ini. Bersihkan hatiku Allah, kembalikan hatiku pada saat aku hanay mencintaiMu. Menjaga laku dan perkataanku,
untukMu...UntukMu...hidup dan matiku...
(pengakuan seorang teman. mengapa begitu lemah wahai hati)
Selasa, 19 Oktober 2010
percakapan di kala senja
"sedang apa ?" senja itu ia berkata.
"menanti hujan" jawabku.
"untuk apa ?"
"bukan urusanmu"
"bukankah kita dalam cinta"
"tidak saat ini, ruh ku tidak ingin bergabung dalam impian bersamamu. luka, ia berkata"
mata indah itu terdiam
"mau apa ?" dia bertanya lagi
"mengumpulkan jiwa semesta" ku berkata..
"untuk apa?"
"tak ada hubungannya denganmu"
"bukankah kita biasa tersenyum bersama"
"bukan, kedukaan lebih sering hinggap di pucuk kepalaku"
si senyum malaikat itu terdiam
"apa yang kau lakukan ?" ia bertanya ketika senja beralih kelam
"menunggu pelangi"
"pelangi ?"
"iya, meminta sekeping warna merahnya"
"buat apa ?"
"membuat ramuan"
"ramuan"
"ramuan agar ilalang ini berubah menjadi mawar hingga ia terperhatikan" jawabku panjang, menghormati keberadaan
ia duduk...
Wajah rupawan itu memerah.
"untuk itu kau menunggu hujan, mengumpulkan jiwa semesta dan meminta kepingan merah pada pelangi?"
ia berbicara panjang. aku menjawab dengan anggukan.
"benar"
tiada mata indah penuh cahaya itu, senyum malaikat itu dan wajah rupawan itu...
"kenapa ?" tanyanya geram
"agar diperhatikan, tidak seperti kehadiranku, tidak sama dengan nasibku dalam hidupmu. Ada namun berasa tiada"
Tegang amarahnya mereda.
" Tidak perlu mengajarkan pada alang2 mengenai menjadi mawar, agar diperhatikan. Sang alang2 punya kisah sendiri yang menarik untuk diceritakan.. Tentang tumbuh, meninggi, jatuh hati pada matahari dan pun ketika parang sang petani mengantarkannya pada abadi..." ucapnya, nadanya kecewa.
dalam kelam malam itu, aku melihat sang rupawan. Pertama kalinya.
bukan ke dua ku baginya. Pertama adanya. aku hanya tak merasa dan meyakini nestapa.
namun cinta dan sukanya tak lagi disana. Aku benar jadi tiada.
Jumat, 19 Maret 2010
Ramadhanku, Ibu
Ramadhanku, Ibu
Tak lagi sebagai hiasan lagu
Bukan karena pujian darimu
Atau hadiah dari Bapak di meja itu
Tapi karena ku tau puasa wajib bagiku
Ramadhanku, ibu
Bukan lagi paruh waktu
Setengah hari
Lalu minta buka padamu
Namun dapati aku
Menahan bersamamu
Hingga terdengar bedug bertalu-talu
Ramadhanku, Ibu
Tak lagi demi baju baru
Walau ku pun tak menolak bila ibu belikan satu
Namun karena aku tahu
Kesabaran ini
Akan berbuah kelahiran fitri
Seperti ketika ibu melahirkanku di muka bumi ini
( Puisi yang dibuat untuk anak-anak pada sebuah perlobaan puisi, dimana aku menjadi salah satu jurinya mewakili Theater Pena FLP)
Selasa, 02 Maret 2010
Prosa Jiwa dan Raga
Kemudian asa itu diarahkan sejauh mungkin. Sejenak ingin meninggalkan bumi. Raga lelah, namun jiwa menolak berhenti bekerja. Perhatian sudah tertuju pada akhir. Perhentian jiwa dimana ?, apa yang menunggunya di ujung jalan?
buntukah ?
masih ada harapankah?
atau harus ia berjalan diantara jembatan yang bahkan lebih tipis dari rambutnya...seuntai rambut di atas kepalanya dan dibagi 7 pula.
Asa itu ia lantunkan dalam nyanyian rindu
lirih..sedih...sendu
nyanyian para syuhada yang ingin bertemu Rabbnya
Jiwa menoleh ke arah sana..ya, tergetar hatinya, tergores lubuk nurani. Nyanyian itu memperlihatkan ia pada barisan syuhada.
nyanyian dalam kerinduan yang sama
rindu yang membelah dada, namun tidak lirih gegap gempita.
Jiwa ingin bergabung dalam barisan itu, namun tertolak...
sedih, kemudian ia kembali bernyanyi.. pilu.
Raga yang lelah mulai angkat bicara, tak maukah jiwa berdamai dengannya
jiwa berkata
"Jangan bicara padaku, sampai kutemukan kau terbujur kaku syahid di medan laga"
raga diam, bijak tersadar. ia tau kini artinya. Bangkit ia, kemudian lelah tiada. Jiwa bernyanyi lagi...terdengar sayup, namun jelas itu lagu cinta.
Minggu, 14 Februari 2010
Begitu Saja
Segala impian ortang dewasa terekam di hati
dan fikir mereka
yang belum mengerti apa-apa
Anak-anak itu
“tercemari” begitu saja
dan orang dewasa tertawa oleh tingkah mereka
tanpa sadar
anak mereka memegang mainan senjata
anak-anak itu
“tercemari” begitu saja
terjebak oleh media massa
dan orangtua yang merasa disitulah kehebatannya
dan anak-anak itu “tercemari” begitu saja
impian mereka
memegang senjata bagai bintang film laga
atau tokoh hero WWF Smack Down di layar kaca
cita-cita mereka
mennjadi pembalap tingkat dunia
Bukan mengaji atau membaca
mereka kemudian sibuk
memperlihatkan itu semua
Bukan apa-apa
hanya untuk menyenangkan orang dewasa
yang kemudian ikut tertawa seperti mereka.
Nb: puisi ini sebenarnya dibuat ketika empatik pertama FLP Jogja.. sebenarnya tidak pernah berniat untuk publish akan tetapi peristiwa tadi siang membuat aq mengambil keputusan menulis ini disini. Sebuah infotaiment di sebuah televisi swasta, hostnya bertanya kepada seorang raising star cilik berusia 6 tahun “apakah sudah punya pacar ?” dan ” kalau pacar ngapain aja ?”… dan artis cilik itu berkata sudah lalu bercerita tentang “pacarannya” lalu sampai pada statement ” kalau dia pergi dengan cowok lain , kuputusin dia “. Naudzubillah…
Saya tidak tahu sapa yang harus dipertanyakan tentang “pertanyaan yang tidak pada tempatnya ini” (kalau pemakaian “pertanyaan bodoh” terasa tidak sopan).
Ah… Mungkin media massa sudah begitu jaunya mempengaruhi manusia. Anak kecil saja sudah tau tentang pacaran sampai pada masalah perselingkuhan. Padahal menurut teori perkembangan, identifikasi gender baru terjadi ketika manusia mencapai masa puberitas. Mungkin saat ini teori ini tidak berlaku lagi.. buktinya raising star cilik tadi.
Mmm.. kali ini saatnya orang tua beraksi..
Mulailah melihat dan memilih tayangan untuk anak-anak. Selektif memilih, karena walau saat ini banyak film yang berartiskan anak-anak maupun kartun , tidak semuanya mampu mendidik bahkan pantas ditoton anak-anak. Mari perhatikan lagi dan didik anak-anak menjadi penerus yang lebih baik… jadikan mereka memiliki keberanian Umar, Kepintaran Ali, Kecerdasan Aisyah dan Keteladan Rendah Hati Fatimah…
Puisi Lama Yang Terlupakan 2
biarkan anganku ikut bersamamu
asaku memang patah dan kau pun salah satu penyebabnya, Sayang
Tapi tak apa
telah kuprediksi sejak lama
hanya sebuah besi rongsokan tua yang berusaha menjadi sepotong emas berharga
Diamlah ujarku…
Kau membangunkanku dari tidur nyenyak
dengan tangis tanpa harapanmu
Masih ada hari esok, pikirku..
walau tidak seindah hari lalu
tapi ku akan membuat lebih bahagia hari nan baru
dan waktu bergulir bersamaku..
Nb: puisi ini kayaknya dibuat ketika tidak lulus putaran ke 2 mahasiswa berprestasi karena kelewat jam wawancara…T_T
Puisi Lama Yang Terlupakan 1
Malam
Jiwaku terbentang dalam kesunyian dan kegelapan malam
ada apa ?
Jangan bertanya
pertanyaan sama..basi..
selalu kudengar
lalu kenapa
maka ku kan menjawab sama setiap kalinya
aku pun tidak tau ternyata
jiwaku bertemu cahaya bulan dalam pekat malam
namun ia merasa nyaman
Nb : ah… aku bahkan tidak tahu maksud puisinya apa… biasanya dibawah puisi selalu ada note tapi untuk puisi ini tidak
Kesulitan Ini
Ingin menangis…Allah saya harus bagaimana ?. lalu bukannya mencari referensi untuk makalah tersebut saya malah membaca buku lain, yang baru saya beli.
Subhanallah betapa kemudian Allah menjawab permohonan saya dengan begitu cepat. Buku yang saya baca kemudian sampai pada sebuah artikel tentang kesulitan..
Allah berkata..
sesungguhnya bersama kesukaran ada kemudahan. sungguh bersama kesukaran ada kemudahan.
Kesukaran beriringan dengan kemudahan..dinyatakan 2 kali.. betapa Allah menyayangi umatNya,,
Kesulitan vs kemudahan dua hal yang berbeda dalam satu ayat,,, dua hal yang berbeda akan datang dalam waktu yang bersamaan…
lalu aku berfikir,,,, mungkin aku terlalu sibuk untuk melihat ke dalam kesulitan tanpa berusaha melihat kemudahan dibaliknya..
mungkin susah , untuk mencari kemudahannya, karen mengubah pandangan tidak sebegitu mudahnya… namun aku akan berusaha..
Tentang makalah… iya ketika ku membuat judul makalahnya , aku dengan mudah menjalankan alurnya,, mendapatkan referensinya,, sekarang tinggal mencari cara menyampaikan apa yang aku buat kepada pengujinya melalui lisan… semoga Allah memudahkan…
bukankah kesulitan, kesukaran dan sakit yang dialami seorang muslim.. akan meluruhkan dosanya..
maka ku akan tabah,,
melihat kemudahan yang datang dari kesulitan
berfikir positif akan segala hal..
bagaimana ingin mencobanya bersamaku ???
Kekecewaanku
Rabu, 27 Januari 2010
Gagal
Gagal..
kata ini seringkali membayangi mimpi-mimpi buruk. Kehadirannya seakan tidak diharapkan. Kegagalan yang merusak semua harapan.
Tapi beberapa waktu yang lalu, aku merasa sangat bersyukur dengan kegagalan yang kualami. Kegagalan ini mengajarkanku tentang keberadaan teman, nikmatnya perjuangan, sampai bagaimana aku membangun kembali energi positif di dalam diriku sendiri. Ada yang bialng kegagalan mengubah seseorang menjadi bijak. Pad mulanya aku menyatakan, orang gagal itu berpikir bijak hanya untuk melakukan defense, penyelamatan ego, dari apa yang mereka perbuat.
Namun ketika kegagalan itu kualami sendiri, kegagalan yang sempat membuatku tidak mampu berdiri, aku mulai menyadari. Awalnya mungkin ini sebuah rasionalisasi dari tindakan. Namun dalam proses pengembalian "recall" dari peristiwa tersebut, ada proses-proses mengidentifikasi tindakan, mencari celah kesempatan dan alternatif yang sebenarnya bisa dilakukan, dan penyesalan pemilihan tindakan akan mengajarkan bagaimana menellaah tindakan yang telah diambil.
Proses-proses itu nantinya akan mengembalikan kekreatifan diri dan outokritik pada diri sendiri. Tapi ada yang penting disini, bahwa orang-orang yang merasionalisasi biasanya mencari pembenaran. Ketika ingin bangkit dari keterpurukan, energi yang ada harus diubah menjadi energi untuk mencari kebenaran. Hingga kemudian kegagalan menjadi suatu kesempatan untuk semakin mengeluarkan semua potensi yang selami ini belum disadari dan terpendam.
Itu yang kurasakan... Kegagalan terbesar dalam kehidupan mengajarkanku untuk melihat dari banyak sisi...semakin banyak sisi.. tidak hanya sisi aku,kamu, dia tapi juga kami, kita, mereka,,,orang lain, organisasi dan lainnya. Memang sempat ku menghilang namun sekarang ku telah siap kembali ke permungkaan. Dengan hati dan pikiran yang kupersiapkan lapang bahwa ku memperjuangkan kebenaran dan akan meneraima semua kebenaran bukan pembenaran..
Selasa, 26 Januari 2010
sesuatu yang berbeda dalam kehidupanku
Terkadang jadi geli sendiri. setiap pagi ada sms menanyakan apa yang akan kulakukan hari ini, memberi tahu ada rapat atau kejadian apa dari teman-teman yang lain, dan mengingatkan jadwal. Kadang pengen iseng nanya " kak jadwalku yang diluar proyek bisa diingatkan juga nggak" hehehe. Tapi nggak jadi nanya, kasihan juga..
Orangnya sangat teratur, ketika masa karantina saja. di jadwal yang sepadat itu,, aku dengam mudah menemukan semua yang aku butuhkan, karena semua tumpukan benda diberi label olehnya. Naskah, catatan adegan, kumpulan ide, profile artis, usulan wardrobe dan segala tetek bengek itu ia susun sedemikian rupa, hingga melihatnya saja kamu merasa terlalu sayang untuk merusaknya. Dan anaknya (yang waktu itu dibawa serta) mungkin sudah terbiasa. Umur 4 tahun namun ia tidak sekalipun mengganggu barang-barang di kamar kami yang bukan miliknya.
Rapat via YM pun begitu,,, ia mencatat semua poin yang dibicarakan dan mengirimkannya padaku,, lalu mengucapkan apa yang kutulis kepada yang lain,, serasa mempunyai tambahan tangan, kaki, pundak, punggung bahkan kepala.. tak jarang karena background theatrenya juga, diskusi-diskusi panjang kami lakukan agar keputusan yang kuambil dapat menjembatani orang-oran yang sangat heterogen ini.
wah..
Ternyata walau aneh ia menjadi bagian yang paling berguna untukku saat ini. Jadi inat diriku sendiri apa sudah berguna untuk orang lain ya??...
Minggu, 17 Januari 2010
Bayangan Sang Bunda dalam Dimensi Rinduku
DAN AKU MELIHAT WAJAH TUA DIHADAPANKU
Dan aku melihat wajah tua dihadapanku,
Keriput mulai memenuhi wajahnya, namun tak mampu menyembunyikan kilau kecantikan masa mudanya. Bahkan kata saudaranya, mama adalah sosok pujaan laki-laki di kampung yang mereka tinggali ketika masa muda.
Dan aku melihat wajah tua dihadapanku,
sedang tertidur pulas di bangku yang tidak nyaman itu. Teringat pengorbanan beliau selama ini. Pernah beliau tidak jadi membeli kebutuhan pribadinya karena aku dan kakakku merengek minta dibelikan baju baru. Padahal waktu itu papa sedang berada jauh dan tinggal di kota yang berbeda karena urusan pekerjaan, tapi sekali lagi untuk kami, mama merelakan kepentingannya.
Dan aku melihat wajah tua dihadapanku,
Tempat pancaran sabar dan tabah tergurat dengan indah. Waktu itu aku ikut dengannya untuk sebuah urusan kantor papa, persatuan dharma wanita, dan kalau kau melihat keadaannya saat itu, kau bisa menebak yang mana mamaku. Cari saja yang penampilannya paling sederhana serta disampingnya ada anak yang tidak berhenti meminta jawaban atas pertanyaannya, tapi tak sedikitpun dimarahi oleh wanita bersahaja yang ia panggil mama. Temannya berkata mama terlalu memanjakan anak, menuruti kemauan anak. Mama menjawab biar saja, mereka masih anak-anak.
Dan aku melihat wajah tua dihadapanku,
Ketika kami semua beranjak remaja dan dewasa, mama mendirikan tembok perlindungan begitu rupa. Pertanyaan tentang keseharian menjadi saat interogasi demi rasa aman, bahwa anakku dalam keadaan bebas dari segala bahaya dan ancaman. Makan malam menjadi tempat untuk segala petuah dan nasihat. Aku dan kedua kakakku merasa dikekang dan kami pun melawan. Beliau membalasnya, tapi dengan lebih banyak tindakan pelambang sayang. Dan ketika teman-temannya ribut karena percobaan bunuh diri anak mereka yang patah hati, anak yang terlibat narkoba, hamil diluar nikah, dan tak jua lulus kuliah. Mama dengan tenang mendengarkan keluh kesah mereka, karena keyakinannya bahwa anak gadisnya tidak mungkin melakukan hal yang serupa, sebuah do’a. Setelah sekian lama teman-temannya sadar, bahwa temannya ini, mamaku, membuktikan bahwa pengorbanannya, kasih sayangnya dan segala hal yang dilakukan olehnya menghasilkan 3 orang anak perempuan yang mandiri dan berprestasi. Dan perkataan yang hina dulu berubah jadi decakan kagum,
Dan aku melihat wajah tua dihadapanku,
Sebuah foto yang kuambil ketika pernikahan kakak pertamaku, hanya kami berdua kala itu. Yang lain telah lama terbuai di alam mimpi sedang mama menunggu hingga para tukang selesai memasang tenda. Aku menemaninya bercerita tentang masa lalu, tentang aku dan kakak-kakakku. Bahwa serasa baru kemarin ia memegang tubuh prematur kakak pertamaku, bertengkar dengannya, mengenang ketika pelantikan dokternya. Tentang kakak keduaku, kesedihannya ketika kakakku harus menuntut ilmu di tempat yang jauh dari sisinya. Tentang kelahiranku, kenakalan serta rindunya ketika harus berpisah dariku. Kami bercerita banyak ketika itu, cerita abadi masa lalu, hingga ia jatuh tertidur karena berjalan larutnya waktu.
Dan aku melihat wajah tua dihadapanku,
Dalam foto yang kuambil diam-diam dengan kamera handphoneku. Dan kini dalam gelap dan sunyinya malam kembali ku pandangi dalam rindu hati.
Dan aku melihat wajah tua dihadapanku,
Kilauan rindu untuk kembali merebahkan kepala dalam pangkuannya atau meminta uang jajan walau seribu saja. Menatap jauh ke dalam matanya, Bahkan ku rindu bertengkar dengannya. Lalu kuteringat suatu masa ia berkata “ mama tidak pernah bisa membayangkan kamu sendiri di kota yang berbeda. Bagaimana kalau kambuh siapa yang akan menolong, bagaimana kalau kenapa-napa?. Tapi ini semua adalah impian maka raihlah buktikan bahwa kamu memang bisa. Mama akan selalu berdo’a agar kamu dijaga olehNya”.
Dan disunyinya malam ini, ketika rinduku terasa memecahkan kepala, ketika jawaban suaranya di telephone hanya kujawab dengan desakan air mata. Dan akhirnya kami menangis bersama. Kuucapkan pada dunia dan kutitipkan pada semilir angin yang akan mengarungi samudra “aku mencintaimu mama, karena Allah sesungguhnya”
Selasa, 12 Januari 2010
Syukur
semua yang terjadi berujung kepada kebaikan
karena bukan kesalahan
ia terjadi karena Sang Penentu Pilihan
diam dan terselamatkan