Mari singgah, bersama secangkir teh panas dan biskuit susu, kutemani kau bicara tentang duniaku.Dunia nyata yang berbatas kaca,,
Selasa, 02 Maret 2010
Prosa Jiwa dan Raga
Kemudian asa itu diarahkan sejauh mungkin. Sejenak ingin meninggalkan bumi. Raga lelah, namun jiwa menolak berhenti bekerja. Perhatian sudah tertuju pada akhir. Perhentian jiwa dimana ?, apa yang menunggunya di ujung jalan?
buntukah ?
masih ada harapankah?
atau harus ia berjalan diantara jembatan yang bahkan lebih tipis dari rambutnya...seuntai rambut di atas kepalanya dan dibagi 7 pula.
Asa itu ia lantunkan dalam nyanyian rindu
lirih..sedih...sendu
nyanyian para syuhada yang ingin bertemu Rabbnya
Jiwa menoleh ke arah sana..ya, tergetar hatinya, tergores lubuk nurani. Nyanyian itu memperlihatkan ia pada barisan syuhada.
nyanyian dalam kerinduan yang sama
rindu yang membelah dada, namun tidak lirih gegap gempita.
Jiwa ingin bergabung dalam barisan itu, namun tertolak...
sedih, kemudian ia kembali bernyanyi.. pilu.
Raga yang lelah mulai angkat bicara, tak maukah jiwa berdamai dengannya
jiwa berkata
"Jangan bicara padaku, sampai kutemukan kau terbujur kaku syahid di medan laga"
raga diam, bijak tersadar. ia tau kini artinya. Bangkit ia, kemudian lelah tiada. Jiwa bernyanyi lagi...terdengar sayup, namun jelas itu lagu cinta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar