Mungkin bagi orang-orang yang memiliki penyakit kronis akan mwngerti kenapa saya membuat tulisan ini, apalagu kalau penyakit yang diderita tidak kelihatan dan terlalu muak untuk menyatakan saya sakit pada orang-orang dan terlalu malu untuk menjelaskan di social media yang ada. (bahasa terlalu formal, mari diganti)
Aku tidak suka memakai keadaanku menjadi semacam excuse ketika menjalani sesuatu, tidak bisa terlalu capek, tidak bisa ikut kegiatan karena kambuh, dan tidak bisa-tidak bisa lainnya. Aku menyesal ketika kegiatan berlangsung, aku masih terbaring di kamar karena tidak kuat jalan. Hal ini juga yang membuat saya tidak suka dikunjungi maupun ditemani ketika sakit dan ke dokter.
Ketika ditanya kenapa ? karena itu kebutuhanku dan perjuanganku di jalan sunyi ini. Bila ada yang ingin mengantar sebenarnya hal tersebut keperluan siapa ? aku ? atau kamu yang ingin menunjukkan simpati kepada si aku. Aku tidak suka dikasihani apalagi terlihat ringkih. Hal ini juga yang terkadang membuatku heran ketika ada orang yang mengunakan penyakitnya ini sebagai sumber untuk menjadi perhatian di sosial-sosial media (mungkin kalau di tes, need of attentionnya tinggi sekali -___-).
namun....
terkadang aku ingin penyakitku terlihat karena penyakit yang tak terlihat ini membuat orang-orang melihat tak percaya ketika ku bercerita. Apa aku harus bawa hasil lab tiap saat ?.
Bahkan aku sendiri kadang tak sadar ketika kambuh sampai seorang menyatakan, " yov, wajahmu sudah membiru".
Ironis semakin sering merasakan maka sampai suatu titik aku tak lagi merasa.
Ketika diperhatikan pun, sebenarnya aku menjadi salah tingkah, ditanya ini itu, melihat kepanikan mereka (sebenarnya aku bukan orang yang mudah panik namun dalam hal ini kepanikana mudah menyerang. Aku sudah harus menahan reaksi fisiologisku untuk menekan rasa sakit sehingga aku sudah kehabisan tenaga untuk mengontrol reaksi emosi akhirnya meniru reaksi emosi yang ada di sekitarku.. ah.. efek terlalu banyak buat dinamika psikologis, apa-apa pake evaluasi -____-)
aku suka ketika suatu saat seoran teman sedang jalan-jalan denganku lalu aku kambuh. Dia melihat hal ini datang dan menuntunku ke sebuah restoran terdekat yang ada sofa. Hanya diam, dia tidak meminta penjelasan apa-apa. Dia hanya menunggu. Kadang membelikan apa yang kuperlukan. Namun selebihnya dia hanya diam.. menunggu, bahkan ketika akhirnya aku tertidur di situ.
atau ketika teman sekamarku, menyediakan apa yang kubutuhkan. Tidak bertanya apa-apa. tenang, diam, menyediakam apa yang kubutuhkan. namun ketenangan mereka membuat aku tahu mereka ada ketika aku membutuhkannya. Sesederhana itu..
(sebuah ungkapan hati ketika sebuah pernyataan membuat hati ingin bicara namun terlalu penuh luka untuk berkata)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar